Total Tayangan Halaman

Rabu, 03 November 2010

Gersangnya Hati


Gersangnya Hati
Dewi Aprilita N


Hatiku jadi hampa sehampa gurun pasir
Sayatan luka yang pedih
Membuat hati ini merana
Hati ini menangis pilu
Aku tak kuat mendaki hatimu,
Mendaki hatimu yang terjal
Mataku pedih,
Hanya pahit getir
Yang kukecap        
Lelah rasanya jiwa ini,
Mengejar bayang-bayangmu
yang semu
          Aku meratap
          Saat kau tega tinggalkan
          Ku yang kehabisan akal
          Tuk tetap berada di dalam sudut hatimu…

Itachan's Blog:
         My Love Story
          Aku menarik koperku dan berjalan masuk ke dalam hotel. Resepsionis menyapaku ramah, aku tersenyum padanya kemudian aku berkata, “Saya ingin memesan sebuah kamar dan saya berniat untuk menginap di hotel ini selama tiga hari tiga malam.” Resepsionis itu tersenyum lagi, kali ini ia memamerkan deretan giginya yang putih dan indah. “Anda bukan orang Korea tapi fasih sekali berbahasa Korea. Dari mana anda berasal?” Aku menjawab, “Gamsahamnida! Saya berasal dari Indonesia. Saya kemari untuk berlibur. Saya suka Korea. Korea itu menarik.”
          “Baiklah, ini kunci kamar anda, lantai delapan nomor 235. Selamat berlibur dan semoga liburan anda menyenangkan!” Aku tersenyum-senyum sambil mengamati arsitektur hotel. Arsitektur hotel ini bergaya Cina, Eropa dan Tradisional Korea. Jendela kaca mengelilingi hotel.  Lukisan orang bertarung dengan macan nampak sangat mengagumkan. Lukisan itu terkesan hidup, apalagi tepinya terbuat dari kayu dan berkilauan! “Hoaahmmm!”
          Aku ingin ke kamar lalu tidur, aku nggak tidur sekejap pun di pesawat. Ternyata fobiaku pada pesawat belum hilang juga. Aku menunggu di depan lift cukup lama. Hei, hei, aku harus nunggu sampe kapan nih? Ting-tong! Akhirnya lift yang kutunggu-tunggu sejak tadi…bruaaakkk! Seorang lelaki paruh baya tiba-tiba menabrakku dengan keras. “Kyaaa!” Aku hampir saja terjatuh sebelum tangan laki-laki itu meraih tanganku dan tubuhku tertarik masuk ke dalam tubuhnya. Tangan satunya memegang punggungku.
          Deg! Deg! Deg! Perasaan apaan niiiiihhhh!!!??
          A…Aku merasa nyaman di pelukan lelaki ini? Aneh. Apa…apakah pria ini juga merasakannya? “Hei kamuuu! Sudah enakan? Kalau sudah, lebih baik kalau kamu istirahat di kamarmu sendiri! Jangan di sini! Menghambat jalanku saja!! Aku jadi terlambat 1 menit 1 detik tau!” omelnya tanpa melongok pada jam tangan yang dipakai di tangan kirinya. “Aaakh jas barukuuu! Sial, jadi kotor. Ini gara-gara kamu, wanita aneh!” omelnya. Aku mendongakkan kepalaku, menatap wajahnya, kami masih dalam posisi berpelukan.
          “Ha? Itu sih…, tinggal diusap sedikit langsung bisa hilang kok!”
“Tahu nggak? Jas ini tuuuuhh, didesain khusus oleh desainer terkenal kelas dunia, Charles Brown! Kamu pasti kenal orang yang berkumis tebal itu! Di pasaran hanya ada 100 potong jas yang diluncurkan untuk dijual!! Aku sudah memesan jas ini jauh-jauh hari karena aku tertarik dengan hiasan payet yang dibuat dari zamrud pada bagian lehernya, lagipula danaku mencukupi untuk membeli jas yang harganya setara dengan gaji 225 pegawai kantoran rendahan!!” ujarnya sombong. Aku menelan ludahku dengan sekali telan.
Hek, sombong banget sih jadi cowok? Siapa sebenarnya cowok ini? Ngomongnya kaya’ cuma dia satu-satunya orang yang bisa beli itu jas aja. Ini orang udah ketebak dari penampilannya sih orang kaya, tapi ya ampuuun, sombong baangeeett!!! Pake ngomel segala lagi ama gue gara-gara jasnya kena noda lipstik yang gue pake. Padahal kan nggak terlalu kentara. Berabe nih gue kalo nih cowok minta ganti rugi ke gue!
Gue harus muter otak supaya cowok angkuh ini nggak nuntut gue gara-gara masalah sepele beginian!! Hilang sudah harapan gue buat jalan-jalan keliling kota Seoul ini. Gue nggak akan bisa nonton sepuasnya drama di teve kamar hotel (otak gue dari apaan sih, yang dipikirin cuma drama Korea terus?) Semua keluarga gue pada minta oleh-oleh lagi. Apalagi adik gue yang paling buncit itu, mintanya aneh dari yang lain!! Minta tanda tangannya Lee Min Ho lah, foto bareng ama Kim Nam Gil lah, dibeliin kimchi, pakaian tradisional Korea dan seterusnya. Maaf ya Sha, kayaknya kakak lo tersayang ini nggak bakal bisa menuhin permintaan aneh lo itu.
 “Heeei! Maaf ganggu acara melamun anda, tapi saya nggak punya banyak waktu.” Ini cowok nggak sabaran banget sih! Gangguin gue mikir! Nggak tahulah, otak gue buntu banget. Kemarin gue makan apa sih, kok mendadak otak gue lemot gini. Apa boleh buat, nggak ada cara lain lagi selain…
Aku mengepalkan kedua tanganku, “Hei pria angkuh, muka tebal, otak dangkal! Mana aku kenal dengan yang namanya Charles siapalah itu namanya, yang kutahu orang bernama Charles yang kuketahui itu cuma pangeran Charles di Inggris sono! Lagian, jas model beginian…alah, di Indonesia itu mah segudang kali. Aku nggak kaget!” kataku merendahkan, padahal sebenarnya aku kagum juga sih dengan jas yang dikenakan pria itu. Sumpah, dia keliatan keren abis.
“Indonesia, Dewata Bali?” Aku mengangguk. Wah, pria angkuh ini tahu Bali? Ini baru kejutan! “Memangnya kau pernah ke sana?” pria itu tidak menjawab namun mendekatkan wajahnya ke wajahku. Wajah kami mungkin terpaut lima senti lagi! Oh my god, aku nggak pernah sedeket ini ama cowok keren!! “A…apa?” tanyaku gugup. Matanya yang kecoklatan memandangku dengan tatapan yang tajam. “Keenakan ya berada di pelukanku?” tanyanya sambil tersenyum sinis. HAH? Apa katanya tadi?
           “Kyaaa!” aku langsung menjauh. Aku membenamkan kepalaku dalam-dalam. Aku tak sanggup menatap wajah, apalagi matanya yang tampak tajam itu. Sungguh, aku tak berani! Ternyata sedari tadi aku terus mendekapnya dengan erat. Duh, aku jadi mati kutu! Hari pertama tiba di Korea udah kena sial! Apa ini hari sialku ya? Gara-gara aku mendekapnya dengan erat dan terus mengajaknya mengobrol, aku terus menahannya sehingga dia terpaksa melayaniku, laki-laki ini dia jadi tidak bisa pergi, pantaslah kalau dia memarahiku. Aku harus minta maaf. Aku menundukkan kepalaku, “Mianhae!”
          Pria itu tidak mempedulikanku dan pergi dengan tergesa-gesa. Seorang pria berjas hitam menghampirinya, lelaki itu tampak lelah menunggunya sejak tadi. Mereka lalu pergi ke luar dan aku tidak tahu apa-apa lagi, sebab saat itu pintu lift langsung menutup dengan cepat. Ah aku jadi penasaran, kira-kira siapa sejatinya lelaki arogan itu ya? Wajahnya menari-nari dalam benakku sepanjang perjalanan dari lift sampai kamar. Hingga di depan pintu pun, aku masih melamun memikirkannya. Aku memasukkan kunci ke lubang pintu. Pintu terbuka dan aku masuk ke dalamnya.
          Oh my god, kamar apaan nih? Sumpaaaah kereeeen bangeeeeet!! Aku memandang sekeliling kamar. Terdapat satu ranjang besar berwarna krem, ranjang itu memiliki empat tiang penyangga dari kayu berukir naga yang mengelilingi tongkat. Cat kayunya masih baru, peliturnya sangat halus, jendela ada satu yang menghubungkan dengan beranda. Lampu serta interior kamar terkesan mewah namun tak berlebihan. Sangat pas. Padu-padan yang sangat bagus, tanaman hijau yang fresh diletakkan di sudut kamar, kamar ini terkesan rapi, minimalis, mewah dan kereeenn!
          Aku duduk di atas ranjangku, dan menggoyang-goyangkan ranjang dengan keras. Aku ingin juga bertingkah konyol kayak Mr. Bean. Rasanya menyenangkan dan gila! Lalu setelah puas bermain, kurebahkan badanku di atasnya. “Triiing!” Aku terbangun dan cepat-cepat mengambil hape dari tas jinjingku. “Udah sampe Korea? Ini gue Dian!” Aku tertawa lepas. “Dian?! Ya ampun, gue seneng bisa denger suara lo lagi. Pulsa lo ada banyak nggak nih, gue pengen cerita ama lo.”
          Dian tersenyum, “Gue udah isi ulang. Gue jamin ini pulsa nggak bakal habis sampai satu bulan ke depan. Elo lagi di hotel?” Aku duduk di dekat jendela. Angin menggelitik telinga dan rambutku. “Iya. Seperti kata lo, gue nginep di hotel yang temen lo rekomendasiin ke gue. Gue seneng, bisa ke Korea berkat bantuan tiket temen lo itu. Kalo nggak ada dia, gue bisa nangis tujuh hari tujuh malam. Gue bakal nyesel dan berjanji gue nggak bakalan tidur sampai tengah malam lagi. Bener, gue udah kapok begadang! Insyaf gue! Sampein rasa terimakasih gue ke dia ya.”
          “Trish, tuh cowok nggak butuh ucapan terimakasih. Yang dia butuhin sekarang ini hati lo Trish, dia berharap banget jadi cowok elo. Makanya dia rela nggak gunain tiket yang seharusnya buat ngunjungi Neneknya yang lagi sakit. Dia sayang banget ama Neneknya loh, demi elo dia rela ngasih tiket itu ke elo. Supaya…dia bisa merebut hati elo, Trish. Baek kan dia? Ganteng, lagi. Jangan anggurin dong, cowok sebaik dan seganteng dia. Kan kasihan…”
          “Ah, emang sih dia baek dan ganteng. Tapi nggak tahu kenapa gue nggak punya rasa tertarik ama dia. Gue udah nganggep Rendi sebagai teman gue dan nggak bisa untuk lebih dari itu. Bilang ke dia, lain kali tiketnya gue ganti. Kalo gue ada uang lebih atau bayarnya nyicil per minggu. Bilang itu ke dia, awas kalo lupa!” Dian menghela nafas panjang.
          “Padahal elo cocok banget jalan ama dia. Orang kantor ngira kalian pacaran. Sekalian aja gue jodohin, supaya elo nggak kesepian dan merasa terkucilkan saat ketemuan ama pasangan masing-masing.”
          Dian. Makasih, udah perhatian ama aku. Tapi aku masih belum siap buat pacaran. “Gue nggak kesepian, banyak drama Korea yang ngantri buat gue tonton. Lagian juga orang udah bilang kagak demen, ngapain elo pake nyodorin dia ke gue? Oh ya untung gue udah bisa bahasa Korea, kalo nggak gue nggak bakal bisa ngeliat drama yang lagi ditayangin di stasiun televisi sini kali...”
          “Aaah elo itu. Di kepala lo mah, cuma ada drama dan drama. Elo tuh ya, kok maniak banget sih ama yang namanya se-ri-al Korea! Jangan sampai elo dapet pacar orang sono ya!” Aku mengerlingkan mata, “Ya…mungkin aja kan? Apalagi dapet orang sekeren dia…” Tanpa sadar aku memikirkan pria yang tadi bertabrakan denganku. “Dia? Siapa tuh cowok sial yang kena panah asmara dari cewek maniak serial Korea?” seru Dian menghina.
          “Iih, memangnya ada undang-undang di pasal yang ngelarang warganya pacaran ama orang Korea?! Nggak ada kan!! Hak gue dong, mau suka ama siapa aja! Itu hak asasi masing-masing manusia untuk merasakan cinta dan berbagi kasih dengan orang yang kita kasihi. Emang gue elo…yang akhirnya pacaran ama guru SD! Gue punya level tinggi kalau urusan cowok! Sorry yeeaaa!” balasku.
          Dian memotong, “Jangan ngehina cowok gue dong! Biar guru SD dan muridnya pada nakal banget, dia baik dan ganteng gi tu loh. Aku sih bukan tipe cewek matre. Pacaran cuma morotin uangnya aja.” kata Dian menasehati. “E, mang gue cewek matre? Perasaan elo kalo kencan mintanya ditraktir melulu di restoran deh. Gengsi lo, nggak mau makan bakso lagi ama gue!!”
            “Bukannya gengsi jeung, tapi gue kan pengen juga dibahagiain pacar makan di restoran. Nggak boleh?” protes Dian. “Ya bolehlah, tapi jangan ngabisin waktu ama pacar terus dong. Gue kesepian nih.” Dian kaget, “Apa lo kesepian kalo nggak ada gue? Bener? Serius lo?” Aku mengulang kata-kataku, “Serius, gue pusing kalo lo nggak ada kalau Minggu malam Senin. Gue bingung nyelesain laporan yang bakal gue kasih ke Pak Raka. Udah kesepian, kerepotan lagi. Lu kan paling pinter disuruh buat laporan!” candaku.
          “Ya ampun ini anak, nggak berubah juga. Eh udahan ya, nanti sore gue bakal hubungin elo lagi. Jangan sungkan-sungkan curhat ke gue, oke?” Aku tersenyum simpul ngedengernya, “Gue bakal nyeritain semuanya ke elo deh, sampai elo enek ngedengernya! Sambungannya kapan-kapan ya.”

         

Minggu, 24 Oktober 2010

MENEMUKAN JATI DIRI

Apa yang kamu rasakan hari ini belum tentu ada dan berlanjut di hari yang lain, tapi kalau kamu sadar apa yang kamu lakukan itu berguna bagi hidupmu maka kamu akan menemukannya. Kita di sini bertemu hari ini dengan banyak orang, tapi akankah kitra tahu sosok kita setelah bertemu dengan dia lagi?